Banyak Beristighfar Untuk Mencegah Datangnya Penyakit


oleh Ustadz Dr. Muhammad Arifin Badri, M.A., حفظه اللّٰه تعالى

Telah jelas bahwa kemaksiatan kepada Allāh adalah biang datangnya berbagai musibah dan wabah penyakit, maka dapat dipahami bahwa istighfar dan mohon ampunan kepada-Nya adalah penangkal dan penawar berbagai wabah dan penyakit. Bukan hanya menangkal penyakit, akan tetapi istighfar juga akan mendatangkan kedamaian, kebahagiaan, keberkahan dan kemudahan dalam hidup.

Allāh Ta'ālā berfirman kepada umat Nabi Muhammad :

“Dan hendaknya kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya (Jika kamu mengerjakan yang demikian) niscaya Allāh akan memberi kenikmatan yang baik (terus-menerus) kepadamu sampai pada waktu yang telah ditentukan.” [QS. Huud : 3]

Syaikh Muhammad Amin as-Syinqithi menafsirkan ayat ini dengan berkata, “Pendapat yang paling kuat tentang maksud kenikmatan yang baik ialah rizki yang melimpah, hidup yang lapang, dan keselamatan di dunia. Dan yang dimaksud dengan (waktu yang telah ditentukan) adalah kematian.” [1]

Allāh Ta'ālā mengisahkan perihal Nabi Hud bersama kaum ‘Aad. 
Dikisahkan, kaum ‘Aad adalah satu kaum yang terkenal memiliki kekuatan yang luar biasa.

“Kaum ‘Aad berkata, "Siapakah yang lebih besar kekuatannya dari kami".
Dan apakah mereka itu tidak memperhatikan bahwa Allāh yang menciptakan mereka adalah lebih besar kekuatan-Nya dari mereka dan adalah mereka mengingkari tanda-tanda (kekuasaan) Kami.”
[QS. Fusshilat : 15]

Walau demikian, andai mereka beriman kepada Allāh dan mensucikan jiwa mereka dari berbagai noda kemaksiatan dengan beristighfar, niscaya kekuatan mereka menjadi berlipat ganda :

“Wahai kaumku, beristighfar kamu kepada Tuhanmu, lalu bertaubatlah (kembalilah) kepada-Nya, niscaya Allāh akan menurunkan hujan yang sangat lebat dan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu.” [QS. Huud : 52]

Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dalam kitab tafsirnya bahwa Abul Bilaad merasa keheranan tatkala membaca firman Allāh Ta'ālā:

“Dan musibah apapun yang menimpamu, maka itu adalah akibat dari ulah tanganmu sendiri.” [QS. As-Syura : 30]

Ia bertanya-tanya, bagaimana penerapan ayat ini kepada dirinya, yang telah menderita buta mata sejak ia dilahirkan. Karena rasa herannya inilah ia bertanya kepada Al-A’la bin Badr, “Bagaimana penafsiran firman Allāh Ta'ālā:

"Dan musibah apapun yang menimpamu, maka itu adalah akibat dari ulah tanganmu sendiri."

Padahal aku ditimpa kebutaan sejak aku masih bayi? Maka Al-A’la menjawab: "Itu adalah akibat dari dosa kedua orang tuamu".” [2]

Inilah imunisasi syari’at sejati yang sepantasnya digalakkan sejak dini, agar kita menjadi bangsa yang perkasa dan berjaya. Dan selanjutnya, generasi penerus kita tidak turut merasakan sebagian dari kesialan berbagai amal kemaksiatan kita.

Renungkan dan pikirkan baik-baik saudaraku! Apakah anda sampai hati untuk mewariskan kesialan amal maksiat anda kepada putra-putri anda?

Saya yakin anda adalah orangtua yang penyayang, sehingga andapun pasti terpanggil untuk menjauhkan warisan sial ini dari putra-putri anda. Tidak heran bila andapun banyak beristighfar dan berjuang sekuat tenaga untuk mensucikan diri anda dan keluarga anda dari kesialan amal maksiat. Selamat berjuang, semoga Allāh Ta'ālā memberkahi dan memudahkan perjuangan anda.

Komentar

Postingan Populer