Jalan Fujur dan Jalan Takwa


Karakter Dasar dan Karakter Didikan
Oleh : Ust. Ahmad Husain, Lc, M.Pd
“Dan demi jiwa serta penyempurnaan ciptaannya. Maka Allah ilhamkan pada jiwa itu jalan fujur dan jalan takwa. Maka beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu. Dan merugilah orang yang mengotorinya.”
(QS. Asy-Syams: 7-10)

Saat Allah menciptakan anak manusia dalam rahim ibunya, Allah ilhamkan pada jiwa itu dua sisi karakter: sisi fujur dan sisi taqwa.

Sisi fujur adalah karakter-karakter dasar negatif yang tertanam dalam jiwa manusia seiring penciptaannya, seperti suka berkeluh kesah, tergesa-gesa, pelit, sombong, marah, dendam, dan lain-lain. 

Sementara sisi takwa adalah karakter dasar positif yang tertanam dalam jiwa seiring penciptaan jiwa itu, seperti optimis, kreatif, kritis, malu, cinta kebaikan, kasih sayang, dan lain-lain.

Maka manusia saat dilahirkan ia telah dibekali beberapa karakter fujur dan beberapa karakter takwa. Dan itu artinya akan ada sifat-sifat dasar tertentu yang tidak ia miliki, baik itu yang negatif ataupun yang positif.

Seiring perjalanan hidupnya manusia kemudian akan berhadapan dengan beragam pengalaman yang terjadi berulang-ulang hingga akhirnya membentuk satu tabiat baru yang tidak ia miliki sebelumnya. Inilah yang disebut sebagai karakter didikan.

Rasulullah, SAW pernah berkata pada Asyaj abdul Qais:
"Sesungguhnya kamu memiliki dua akhlak yang dicintai Allah; Lemah lembut dan ketabahan"
Asyja bertanya: "apakah itu karakter didikan ataukah ia karunia Allah, wahai Rasulullah?"
Rasulullah menjawab: "itu adalah karunia Allah"
Asyja berkata: "segala puji bagi Allah yang telah memberiku dua akhlak yang dicintainya dan Rasul-Nya" 

Seseorang yang berusaha mendidik dirinya dengan tabiat yang baik, atau menghilangkan tabiat dasar yang buruk melalui pengalaman hidupnya, maka dialah yang orang yang beruntung. Sementara mereka yang tak dapat mempertahankan tabiat dasar yang baik, bahkan terjebak dalam kebiasaan-kebiasaan buruk, maka merekalah yang dikatakan Allah sebagai hamba yang merugi melalui surat As-Syams di atas.

Al-Qur’an dan As-Sunnah adalah panduan mendidik kepribadian mulia. Maka upaya mendidik perilaku yang baik dan menghilangkan perilaku tak terpuji haruslah selalu berpedoman pada dua sumber tersebut, sebab tak jarang ada tradisi yang berkembang di suatu daerah tertentu dan itu dianggap sebagai sebuah kebiasaan baik oleh penduduk setempat, padahal ia bukanlah kebaikan dalam ukuran Al-Qur’an dan As-Sunnah. Demikian pula sebaliknya.

Contoh sederhananya adalah cemburu yang kerap kali dianggap sebagai sifat yang negatif atau berlebihan padahal dalam islam ia adalah tanda iman. Maka seyogyanya setiap muslim selalu berusaha mendidik dirinya menjadi pribadi berkarakter Al-Qur’an dan As-Sunnah.

Sifat-sifat terpuji menurut dua sumber itu yang belum anda miliki, mulailah jadikan ia sebagai habit sehari-hari. Dan sifat-sifat tercela yang masih melekat pada pribadi anda, tinggalkanlah ia sesegera mungkin. Begitulah seorang muslim membangun karakter didikannya. Sekecil apapun upaya yang anda lakukan dalam hal ini adalah perjuangan yang akan menghantarkan anda menjadi hamba terbaik di sisi Allah Jalla wa ‘Ala. Itulah makna aflaha (beruntung) dalam ayat di atas.

Komentar

Anonim mengatakan…
Kelembutan dan ketabahan
adenrh mengatakan…
"Sesungguhnya kamu memiliki dua akhlak yang dicintai Allah; Lemah lembut dan ketabahan"
Asyja bertanya: "apakah itu karakter didikan ataukah ia karunia Allah, wahai Rasulullah?"
Rasulullah menjawab: "itu adalah karunia Allah"
Asyja berkata: "segala puji bagi Allah yang telah memberiku dua akhlak yang dicintainya dan Rasul-Nya"

Postingan Populer